Search

Selasa, 28 September 2010

너만 너를 사랑해 (Neoman Neoreul Saranghae) Part 4/8

Cerita ini adalah fanfiction pertamaku. Akhirnya selesai juga setelah beberapa hari berkutat dengan computer. Maaf ya kalau masih belum bagus dan banyak kekurangan. Maklum, masih pemula. Hehehehe… jangan lupa kasih komentar ya.
Tokoh: Super Junior, Donghae, Hyukjae, Jiyoung, Hyeeun, Go Nara

너만 너를 사랑해
Aku tidak ingin memeluk selain tubuhmu
Tidak mau mencium selain bibirmu
Tidak akan mencintai selain dirimu
Tidak bisa hidup selain denganmu


JIYOUNG’S POV

Pantatku mendarat dengan keras di lantai parkiran mobil sebuah tempat karaoke. Pria yang menabrakku juga jatuh terduduk tepat dihadapanku.

“Kau— Eunhyuk Super Junior?” tanyaku. Aku terbengong melihat penyanyi idola sahabatku itu.

“Ne. Maaf telah menabrakmu,” katanya dengan gelisah, seperti sedang dikejar sesuatu.

Aku bangkit berdiri, diikuti oleh Eunhyuk. “Ye. Tidak apa-apa. Lain kali, lebih berhati-hatilah.”

“Aah~ iya, pasti. Maaf ya,” kata Eunhyuk sambil membungkuk.

Saat itu datang seorang laki-laki dari belakang Eunhyuk. Sambil berlari, dia berkata, “Eunhyuk-ah! Ayo cepat!”

Lalu tiba-tiba dia menyambar tanganku dan menarikku pergi. Eunhyuk terlihat bingung melihatku diseret oleh temannya. Aku sendiri pun bingung, tapi tidak bisa menghentikan laki-laki yang berlari secepat kilat ini.

Kami baru berhenti berlari setelah sampai di lorong yang sangat sempit dan sedikit gelap. Eunhyuk pun sampai di lorong itu beberapa detik kemudian.

“Ya! Kau ini apa-apaan?” bentak Eunhyuk pada temannya yang menyeretku tadi.

“Eunhyuk-ah? Kenapa kau baru sampai sekarang? Bukankah tadi—“ kata temannya bingung.

“Lain kali lihat dulu siapa yang kau tarik! Baboya!” kata Eunhyuk pada temannya itu. “Maaf sekali, 
Nona. Apa Anda tidak apa-apa?” tanya Eunhyuk padaku.

Aku, yang begitu berhenti berlari langsung ambruk ke lantai, terlalu sibuk bernafas sampai tidak bisa menjawab pertanyaan Eunhyuk. Seumur hidup, belum pernah nafasku tersengal-sengal sampai seperti itu. Rasanya paru-paruku kehabisan udara. Kepalaku pusing. Aku benar-benar kekurangan oksigen.

“Siapa dia?” tanya teman Eunhyuk.

“Ini orang yang dari tadi kau seret!” kata Eunhyuk sambil menjitak kepala temannya.

“Oh?!” laki-laki itu terkejut. Dia langsung berlutut di sampingku dengan wajah khawatir. “Aya~ maaf sekali. Benar-benar minta maaf! Aku tidak tahu kalau aku salah menarik orang. Apa kau tidak apa-apa?”

Aku masih megap-megap seperti ikan kekurangan air.

“Orang sudah hampir pingsan begini masih ditanya apa dia tidak apa-apa,” gerutu Eunhyuk.

“Ani~” kataku lemah. Di saat seperti itu, telepon genggamku berbunyi. Nama Hyeeun muncul di layar. Aku memang menerima telepon itu, tapi nafasku masih terlalu tersengal-sengal untuk bicara.

“Jiyoung-ah! Kamu di mana? Kok ngilang gitu aja?” tanya Hyeeun dengan nada khawatir. “Kenapa nafasmu kayak gitu? Kamu nggak apa-apa kan?”

Laki-laki yang menyeretku dengan lembut mengambil telepon genggam itu dari tanganku. “Yeoboseyo,” katanya pada Hyeeun. “Saya Lee Donghae. Ne, Jiyoung saat ini ada bersama saya. Dia lemas sekali, sehingga belum bisa bicara.”

Donghae menjelaskan lokasi kami dengan susah payah, lalu memutuskan sambungan telepon dan mengembalikan telepon genggamku. “Temanmu akan segera ke sini,” katanya.

Aku mengangguk. “Ne. Gamsahamnida,” kataku dengan nafas yang masih sedikit berat.

“Apa kau sudah tidak apa-apa?” tanya Donghae.

“Ne. Saya rasa saya sudah tidak apa-apa,” jawabku.

Selama ini aku hanya melihat para anggota Super Junior dari video-video yang diunduh Hyeeun dari internet. Ternyata kalau dilihat secara langsung mereka terlihat lebih tampan dari yang di video. Paling tidak, dua orang anggota yang sekarang bersembunyi di lorong sempit ini.

“Namaku Lee Donghae. Maaf sekali sudah merepotkanmu,” katanya sambil mengulurkan tangan.

Aku menjabat tangannya. “Anda bisa memanggil saya Jiyoung,”

“Oh! Kau orang Korea? Kenapa wajahmu tidak mirip orang Korea?” tanya Eunhyuk yang tiba-tiba memakai bahasa informal.

“Bukan, saya bukan orang Korea. Saya hanya belajar di sini, itu tadi nama Korea saya,” kataku.

“Kau belajar di mana?” tanya Donghae.

“Seoul National University.”

“Wah!” seru Eunhyuk. “Aku dulu juga kuliah di situ! Berarti aku ini sonbae-mu ya. Namaku Eunhyuk.”

“Ne, saya sudah tahu kalian dan Super Junior.”

“Jinjjaro?” tanya Eunhyuk yang matanya membulat kegirangan. “Apa kami sepopuler itu? Hahahaha!” katanya sambil tertawa.

“Sebenarnya, bukan karena itu. Sahabat saya suka dengan lagu-lagu kalian. Karena itu saya juga jadi tahu tentang kalian.”

“Ah~ bagaimanapun, itu artinya Super Junior juga dikenal di negara asalmu,” kata Eunhyuk.

Aku hanya mengangguk. Lalu mataku bertemu dengan mata Donghae yang sedang memandangiku. “Kenapa Anda menatap saya seperti itu?” tanyaku gugup.

Tiba-tiba terdengar suara derap kaki orang yang sedang berlari. Eunhyuk langsung tegang, “Jangan-jangan wartawan itu mengejar kita sampai sini?”

Aku merasa familiar dengan suara lengkah kaki itu, makanya aku langsung berdiri dan melongok ke luar lorong sempit itu. “Hyeeun-ah!” panggilku.

Hyeeun menghampiriku. Begitu tahu siapa yang sedang bersamaku, Hyeeun langsung bengong. Bahkan setelah Eunhyuk dan Donghae memperkenalkan diri, Hyeeun masih terbengong-bengong melihat Eunhyuk, penyanyi kesukaannya, sekarang berdiri di hadapannya.

“Eunhyuk-sshi, Hyeeun ini sangat suka dengan penampilan Anda di panggung. Dia juga suka sekali dengan Super Junior. Sepertinya dia juga sedikit terkejut bertemu dengan Anda secara tiba-tiba seperti ini,” kataku.

Eunhyuk tersenyum senang. “Aih, gamsahamnida. Jangan berhenti mendukung Super Junior, ya,” katanya pada Hyeeun.

“Jiyoung-sshi, karena hari ini aku sudah bersalah padamu, aku ingin sekali menebusnya. Tapi mungkin tidak bisa hari ini karena kami masih banyak urusan,” kata Donghae.

“Ah~ tidak apa-apa. Tidak usah dipikirkan. Toh tadi ‘kan tidak sengaja.”

“Aku mohon, biarkan aku menebusnya. Umm, agar nanti aku bisa menghubungimu, apakah boleh kita bertukar nomor telepon?”

“Boleh!” sela Hyeeun.

“Neo mwoya~ sedetik lalu kamu bengong kayak orang hilang akal, sekarang tiba-tiba semangat gitu,” kataku pada Hyeeun.

Begitulah aku bertemu dengan dua anggota Super Junior. Sejak saat itu, aku sering berkomunikasi dengan Eunhyuk dan Donghae. Aku juga bertemu dan akrab dengan anggota-anggota yang lain karena sering menemani Hyeeun main ke apartemen mereka. Selama satu tahun ini Hyeeun dan aku sudah semakin dekat dengan para anggota Super Junior. Bahkan Hyeeun kelihatannya sudah mulai pergi kencan dengan Eunhyuk.

Selama satu tahun ini, aku bahkan sampai tidak ingat lagi bahwa mereka adalah penyanyi terkenal. Terutama Donghae, yang paling sering menghabiskan waktu denganku. Selama satu tahun ini, aku sama sekali tidak menganggapnya sebagai anggota Super Junior yang sangat populer dan memiliki banyak penggemar. Bagiku dia hanyalah seorang laki-laki biasa, seorang Lee Donghae.

Baru beberapa hari yang lalu aku kembali menyadari bahwa dia bukan orang biasa. Walaupun saat bersamaku dia adalah seorang Lee Donghae, sebenarnya dia adalah milik dunia lain. Dia milik industri hiburan. Saat dia bersama Go Nara, aku menyadari bahwa kami ada di dunia yang berbeda. Setiap kali melihatnya sedang tampil di televisi, melihat berita tentang dia di internet, melihat foto-fotonya saat bekerja, aku semakin sadar tentang kenyataan itu. Rasanya Donghae semakin jauh dari jangkauanku. Dan hal itu menyakiti hatiku.

Ya, aku rasa Hyeeun benar. Sebenarnya aku menyimpan Donghae di hatiku. Sayang sekali aku harus menyadari perasaan ini. Sekarang aku sendiri yang tersiksa karenanya.

0 komentar: