Search

Jumat, 01 Oktober 2010

너만 너를 사랑해 (Neoman Neoreul Saranghae) Part 5/8

Cerita ini adalah fanfiction pertamaku. Akhirnya selesai juga setelah beberapa hari berkutat dengan computer. Maaf ya kalau masih belum bagus dan banyak kekurangan. Maklum, masih pemula. Hehehehe… jangan lupa kasih komentar ya.
Tokoh: Super Junior, Donghae, Hyukjae, Jiyoung, Hyeeun, Go Nara

너만 너를 사랑해
Aku tidak ingin memeluk selain tubuhmu
Tidak mau mencium selain bibirmu
Tidak akan mencintai selain dirimu
Tidak bisa hidup selain denganmu


DONGHAE’S POV  

“Donghae-ah!” panggil Teukie Hyung yang sedang duduk di meja makan bersama Eunhyuk dan Sungmin Hyung.

Aku menghampiri mereka lalu duduk di satu-satunya kursi kosong yang tersisa. “Ada apa, Hyung?”

“Aku dengar beberapa hari ini Jiyoung menghindarimu,” kata Teukie Hyung tanpa basa-basi.

“Siapa bilang?” tanyaku.

“Eunhyuk,” jawabnya.

Aku melirik tajam pada Eunhyuk yang menatapku tanpa dosa.

“Aku juga dengar kemarin kau datang ke flatnya tapi dia tidak mau menemuimu,” kata Teukie Hyung lagi.

“Ya~! Kau ngomong apa saja di belakangku?” seruku pada Eunhyuk.

“Aku hanya minta saran pada Teukie Hyung, siapa tahu dia bisa membantu,” kata Eunhyuk membela diri.

“Tapi pada akhirnya Teukie Hyung tidak bisa membantu dengan saran yang baik,” kata Sungmin Hyung.

“Ya~ Sungmin-ah, jangan begitu. Yang penting ‘kan pada akhirnya kita menemukan ide bagus yang bisa membantu Donghae,” kata Teukie Hyung membela diri.

“Ide apa?” tanyaku.

“Ide untuk membantumu agar bisa bertemu dengan Jiyoung, tentu saja. Setelah itu, kau harus bisa berbaikan dengannya agar hidupmu normal kembali,” jawab Sungmin Hyung.

“Tepat! Karena tidak mungkin bagimu untuk bertemu dengan Jiyoung di tempat umum tanpa menimbulkan skandal, hal ini jadi sedikit sulit. Tapi tidak ada yang tidak mungkin, apalagi bagi Teukie Teukie Eeteuk,” kata Teukie Hyung dengan wajah serius.

“Hyung, tapi aku yang mengusulkan ide itu,” protes Sungmin Hyung.

JIYOUNG’S POV

From: HyeEun
J-ah! Aku tunggu kamu di neorebang biasanya ya. Room 201. Palli! Eun dan aku sudah sampai.

Aish! Orang satu ini—kami memang janjian mau karaoke hari ini. Tapi hanya berdua. Dasar pasangan baru, begitu Eunhyuk datang mengajaknya pergi, dia mau saja. Sekarang malah aku harus menemani mereka berdua karaoke. Benar-benar merepotkan.

Telepon genggamku berdering. Dari Hyeeun. “Ya! Aku lagi di jalan,” kataku tanpa menyapa lagi.

“Di jalan mana sih? Lama banget nggak sampai-sampai.”

“Shikeuro! Lima menit lagi,” seruku sebelum memutuskan hubungan telepon.

DONGHAE’S POV

Jantungku berdetak sangat kencang. Baru lima belas menit aku menunggu Jiyoung, tapi rasanya sudah lama sekali. Hari ini, berkat bantuan Teukie Hyung, Sungmin Hyung, Eunhyuk dan Hyeeun, aku akhirnya bisa bertemu dengan Jiyoung. Aku akan meminta penjelasan atas sikapnya yang menghindariku akhir-akhir ini. Aku juga akan menyampaikan perasaanku padanya.

Sekali lagi kurapikan rangkaian bunga mawar yang sudah aku siapkan untuk Jiyoung. Untuk kesekian kalinya aku buka kotak beludru kecil berwarna biru tua di tanganku. Kurapikan letak kalung yang ada di dalamnya, walaupun sebenarnya tidak ada yang salah dengan letak kalung itu. Aku tata posisi bunga dan kotak kalung itu di atas meja di sudut ruangan. Aku ingin semuanya sempurna.

Aku langsung berbalik badan dan menyambut ketika seseorang membuka pintu.

“Nara-ya? Sedang apa kau di sini?” tanyaku heran pada Nara yang tiba-tiba muncul.

“Ternyata benar, kau ada di sini,” katanya sambil tersenyum dan menghampiriku. “Donghae-ah, apa kabar?”
Aku hanya mengangguk. Aku masih tidak habis pikir kenapa Nara bisa muncul di tempat ini pada saat seperti ini.

“Sepertinya CF kita benar-benar menjadi hit. Begitu melihatku masuk, salah satu pegawai di tempat ini memberitahuku bahwa kau ada di ruang nomor 201. Dia kira kita akan berkencan di sini,” kata Nara sambil tersenyum. “Awalnya aku pikir orang itu terlalu banyak berpikir. Tapi setelah melihatmu yang ternyata hanya sendirian dengan barang-barang itu,” kata Nara sambil menunjuk bunga dan kotak kecil berisi hadiah yang kusiapkan untuk Jiyoung dengan dagunya. “—kurasa wajar kalau dia mengira kita akan menghabiskan waktu berdua di sini.”

“Ehm, Nara-ya, maaf sebelumnya, tapi aku rasa ini bukan waktu yang tepat. Aku sedang menunggu seseorang,” kataku.

Nara memandangku dengan tatapan curiga. “Untuk urusan apa?”

“Pribadi. Kau tidak perlu tahu.”

“Begitukah?” tanya Nara sambil berjalan mendekatiku. “Orang itu—apakah dia gadis yang kau kenalkan padaku waktu itu?”

“Ne. Dia orangnya. Dan dia akan segera tiba di sini. Jadi kuharap kau mau segera meninggalkan ruangan ini.”

“Jadi ternyata Lee Donghae memang menyukai gadis yang kelewat biasa itu. Lee Donghae, kenapa tidak kau lupakan saja dia lalu mulai dari awal denganku?”

“Mwo?”

“Apa kau tidak sadar? Selama ini sikapku berbeda padamu. Ya, aku memang menyukaimu. Aku tidak tau kau sebegitu kesepiannya sampai bisa memandang gadis biasa seperti dia. Kalau aku tau, sudah dari dulu aku menjadikanmu milikku.”

“Nara-ya, kau ini bicara apa?”

“Kenapa? Masa kau tidak menyadarinya? Bahkan orang lain bisa melihat ada sesuatu di antara kita.”

“Tidak ada apa-apa di antara kita. Bagiku, kau hanya rekan kerja.”

“Begitu? Apa kau sama sekali tidak tertarik padaku?”

“Aku akui, kau memang cantik dan menarik perhatian banyak pria. Tapi selama ini aku hanya melihatmu sebagai seorang model yang menjadi rekan kerjaku.”

Nara semakin mendekat hingga dia berdiri tepat di hadapanku. “Tidakkah kau akan memilih aku daripada orang itu?”

Aku tidak menjawab. Jawabanku sangat jelas, aku akan memilih Jiyoung. Tapi aku tidak bisa mengatakannya dengan tegas karena aku tidak mau menyakiti perasaan Nara.

Mendadak, Nara menempelkan bibirnya ke bibirku. Aku sangat terkejut sampai tidak bisa menghindar. Tepat saat itu aku melihat Jiyoung yang berdiri tepat di depan pintu sedang menatap kami.

Aku langsung mendorong tubuh Nara. “Jiyoung-ah~.”

“Joisonghamnida,” katanya pelan, sebelum kemudian Jiyoung lari keluar dari ruangan itu.

Aku bergegas mengejarnya tapi Nara menahanku. Dia menarik lenganku dengan kuat hingga aku tidak bisa bergerak. Akhirnya aku hempaskan lenganku. Nara terjatuh, tapi aku tidak peduli lagi. Aku langsung berlari keluar menyusul Jiyoung.

Aku berlari ke arah tangga menuju lantai bawah. Aku mencari Jiyoung sampai ke pintu masuk bangunan itu, tapi aku sudah kehilangan jejak Jiyoung.

0 komentar: