Search

Minggu, 10 Oktober 2010

너만 너를 사랑해 (Neoman Neoreul Saranghae) Part 8/8

Cerita ini adalah fanfiction pertamaku. Akhirnya selesai juga setelah beberapa hari berkutat dengan computer. Maaf ya kalau masih belum bagus dan banyak kekurangan. Maklum, masih pemula. Hehehehe… jangan lupa kasih komentar ya.
Tokoh: Super Junior, Donghae, Hyukjae, Jiyoung, Hyeeun, Go Nara

너만 너를 사랑해
Aku tidak ingin memeluk selain tubuhmu
Tidak mau mencium selain bibirmu
Tidak akan mencintai selain dirimu
Tidak bisa hidup selain denganmu


DONGHAE’S POV

Benar-benar membosankan. Hari ini tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan para anggota yang lain sepertinya sedang sibuk. Tinggallah aku di apartemen sendirian bersama Teukie Hyung yang sedang asyik mengarang lagu dengan keyboardnya.

“Donghae-ah, aku keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang harus kubeli,” kata Teukie Hyung.

“Hmm,” jawabku.

Aku putuskan untuk mencoba tidur saja. Aku pejamkan mataku. Aku naikkan selimutku sampai menutupi kepala.

Baru sebentar, aku mendengar suara kaki memasuki kamar. Teukie Hyung cepat sekali kembali. Apa ada yang tertinggal?

Tapi kenapa setelah itu tidak ada suara Teukie Hyung melangkah keluar dari kamar? Suara Teukie Hyung memainkan keyboard untuk mencari nada yang tepat bagi lagunya juga tidak terdengar.

Aku melongok keluar dari selimut yang menutupi kepalaku untuk melihat siapa yang tadi masuk ke kamarku. Begitu melihat orang yang duduk di tempat tidur Teuki Hyung, aku langsung terduduk dengan mata terbelalak, setengah tidak percaya dengan mataku.

“Jiyoung~ah?”

Jiyoung tersenyum kecil. “Apa kabar, Tokki?” sudah lama tidak kudengar panggilan itu. Seperti aku menamai Jiyoung Ppicuki karena kebiasaannya memanyunkan bibir saat merasa tidak senang dengan sesuatu, Jiyoung menamaiku Tokki karena menurutnya, saat sifat kekanakanku keluar aku mengingatkannya pada kelinci.

“Kau~ sedang apa di sini?”

“Aku pikir kau akan senang melihatku,” kata Jiyoung sambil memasang tampang cemberut.

“Ne~” aku masih belum percaya sepenuhnya bahwa Jiyoung berada di kamarku. “Aku senang melihatmu. Tapi bagaimana kamu bisa masuk?”

“Teukie Oppa yang membukakan pintu,” jawab Jiyoung santai.

“Oh~” aku bingung, tidak tahu harus berkata apa pada Jiyoung. Apalagi sekarang sikap Jiyoung sudah berubah. Walaupun tidak ketus, sangat jelas terlihat kalau Jiyoung gugup.

“Oppa,” kata Jiyoung. “Mianhaeyo, Oppa.”

“Maaf kenapa?”

“Maaf karena waktu itu aku tiba-tiba menjauhimu. Maaf karena tidak mau mendengar penjelasanmu tentang Go Nara—“ air mata Jiyoung menetes begitu menyebutkan kejadian di norebang itu.

Aku bergegas bangkit dari tempat tidurku dan duduk di samping Jiyoung. Aku rengkuh dia dalam pelukanku. “Keluarkan semuanya. Menangislah sepuasnya,” kataku sambil mengelus kepalanya.

“Maaf aku memutuskan komunikasi denganmu. Aku waktu itu takut—“
“Sudah, aku sudah mengerti semuanya. Kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa.”

Jiyoung menangis selama beberapa menit. Setelah dia berhenti menangis, aku berlutut di dahapannya, sambil menggenggam kedua tangannya. “Jiyoung-ah, lihatlah mataku. Sekarang ini, aku sangat serius dengan apa yang akan aku katakan. Aku akan jujur tanpa melebih-lebihkan apapun, araseo?”

Jiyoung mengangguk.

“Dengarkan baik-baik. Bagimu, aku ini siapa?”

“Lee Donghae,” jawab Jiyoung pelan.

“Ne. Lee Donghae yang kamu kenal itu adalah aku. Lihatlah aku sebagai orang itu. Saat bersamamu aku menjadi diriku seutuhnya. Aku menjadi laki-laki yang aku inginkan. Aku merasa paling mencintai diriku sendiri saat aku bersamamu. Hanya kamu yang bisa membuatku merasa seperti itu, karena itulah aku mencintaimu. Mataku ini hanya bisa melihatmu seorang. Hatiku hanya bisa merasakan cinta untukmu. Araji? Aku minta maaf karena sudah melukaimu dan membuatmu menangis.”

“Aniyo, ini karena aku seperti orang bodoh dan berpikir terlalu jauh.”

“Lain kali, aku tidak mau melihatmu seperti ini lagi. Aku tidak suka melihatmu menangis. Kelak, kalau kamu menangis, harus karena bahagia.” Aku mengelus pipinya. “Nan noreul saranghae. Hanya kamu. Neoman neoreul saranghae, Ppicuki-ah.”

Dengan kedua tangaku memegang pipi Jiyoung yang basah oleh air mata, aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Dengan lembut, aku kecup bibir gadis yang kucintai itu. Perasaan yang memenuhi dadaku sangat sulit digambarkan. Rasanya dadaku hampir meledak karena bahagia. Sekali lagi aku mencium bibir Jiyoung dalam-dalam, kali ini tidak aku lepaskan lagi.

“Yaaa~” terdengar seruan Teukie Hyung.

Secara refleks, aku melepaskan ciumanku dan langsung berdiri. Wajah Jiyoung berubah menjadi semerah tomat.

“Wah, parah sekali kedua anak ini. Baru ditinggal sebentar sudah pesat sekali perkembanganya,” ejek Teukie Hyung.

“Ya~ Jung Jiyoung, dengan bentukmu yang mirip anak SMA itu, kalau orang lain yang melihat bisa-bisa Donghae dituduh mencabuli anak kecil.kata Heechul Hyung.

“Hyung~ hyung muncul dari mana?” tanyaku bingung.

Tiba-tiba terdengar suara orang tertawa terbahak-bahak. Kyuhyun, yang berada di belakang Eeteuk Hyung tertawa begitu keras. “Lihat tampang mereka berdua! Ahahahaha! Benar-benar lucu!”

“Sudah beres ‘kan urusannya? Kenapa urusan begini saja bisa makan waktu lama untuk selesai?” kata Heechul Hyung. “Kau memang payah, Lee Donghae.”

“Hyung~!”

Kyuhyun yang masih tertawa terbahak-bahak berkata, “Kasihan sekali Jiyoung, ciuman pertamanya berakhir memalukan. Hahahahhahah! Maaf Jiyoung, kami tidak tahan untuk tidak menguping. Hahahaha! Aduh, aku tidak bisa berhenti tertawa.”

“Cho Kyuhyun! Chugeullae?” seruku pada maknae kami itu.

“Ampun Hyung! Hahahahaha!”

HYEEUN’S POV

Aih~ aku hampir tidak percaya kami sedang berada di belakang panggung Super Show 4. Melihat para anggota Super Junior bersiap-siap untuk konser, aku jadi ikut merasa gugup dan tegang.

Jiyoung sedang membantu Donghae Oppa membetulkan kostumnya. Akhirnya sudah empat bulan sejak mereka pacaran. Akhirnya Jiyoung menemukan orang yang tepat untuknya! Aku ikut senang melihat mereka. Apalagi aku juga sudah menemukan orang yang tepat untukku. Benar-benar seperti mimpi bisa berpacaran dengan Eun Oppa.

Aku menghampiri Jiyoung dan Donghae Oppa. “Oppa, Eun Oppa kenapa tidak kelihatan?” tanyaku.
“Dia sedang ganti baju. Sebentar lagi pasti muncul,” jawab Donghae Oppa.

“Hyeeun-ah! Daripada kamu menganggur, sini bantú aku memakai sarung tangan ini. Aish! Merepotkan sekali!” seru Heechul Oppa.

“Oppa, memangnya aku di sini untuk bekerja?” protesku.

“Lihat anak ini, nanti lihat juga kalau Hyukjae datang. Pasti tidak diminta pun dia akan segera membantu,” kata Heechul Oppa pada anggota Super Junior yang lain.

“Hai!” bisik seseorang dari belakang telingaku.

Saat aku berbalik, Eun Oppa sudah bediri di hadapanku dengan kostum dan make up lengkap. “Bagaimana menurutmu? Aku keren ‘kan?” tanyanya.

Pipiku terasa memanas. Memang Eun Oppa terlihat sangat tampan. “Oppa, kenapa bajumu terbuka begini?” tanyaku saat melihat belahan dada kostumnya yang sangat rendah.

“Bukankah aku terlihat lebih seksi?” tanya Eun Oppa.

“Lebih bagus lagi kalau bajumu rapi dan tertutup,” jawabku.

“Oppa, dia tidak akan puas sebelum kamu memakai jas hujan yang menutupi seluruh bagian tubuhmu,” sahut Jiyoung.

“Ya!” seruku.

“Sudah waktunya! Ayo keluar,” seru Teukie Oppa.

“Donghae-ah, fighting!” kata Jiyoung.

Donghae tersenyum sambil mengacak rambut Jiyoung dengan lembut. “Ne. Gomawoyo~”

“Ya, umurmu ini berapa? Dia oppa-mu,” kata Heechul Oppa.

“Aih~ mianhaeyo Heenim,” kata Jiyoung.

“Jiyoung-ah, apa hanya Donghae Hyung yang kau dukung?” tanya Kyuhyun Oppa.

“Aih~ benar-benar tidak adil,” sahut Wookie Oppa.

Shindong Oppa langsung menyambung, “Mereka kan pengantin baru, sudah, biarkan saja.”

Jiyoung tertawa, “Tentu saja tidak hanya Donghae. Super Junior, fighting!”

“Fighting!” seru semua orang di dalam ruangan itu.

“Yaish, sepertinya enak sekali memiliki pacar,” keluh Yesung Oppa.

“Kenapa Oppa tidak mencari pacar saja?” tanyaku yang mendengar keluhan itu.

“Aku dengar dulu kau menyukai Yesung Hyung. Kenapa malah pacaran dengan Eunhyuk?” tanya Siwon Oppa.

“Oppa~!” seruku. Kenapa dia bisa tahu?

“Hyeeun-ah,” panggil Eun Oppa.

Saat aku menoleh, tiba-tiba aku merasakan bibir Eun Oppa mendarat di bibirku. Langsung saja seisi ruangan bersorak.

“Ya~! Dua anak ini rupanya tidak mau kalah dengan Donghae! Sengaja ciuman di depan umum. Kau ini apa-apaan, Lee Hyukjae?” kata Heechul Oppa.

“Tapi mereka masih kalah jauh denganmu kalau soal ciuman di depan umum, Hyung,” kata Kibum Oppa.

“Apa maksudmu?” seru Heechul Oppa yang diikuti tawa dari anggota Super Junior lainnya.

“Gomawo,” kata Eun Oppa dengan senyum lebar di wajahnya.

Sekejap kemudian semua anggota Super Junior sudah meninggalkan ruang tunggu, tapi aku masih terpaku di tempat yang sama.

“Hyeeun-ah! Ayo keluar, konsernya sudah hampir mulai,” ajak Jiyoung sambil menyeretku keluar.

JIYOUNG’S POV

Sekarang giliran Donghae bernyanyi solo. Dia tidak mau memberitahuku lagu apa yang akan dia nyanyikan. Katanya, penampilan kali ini adalah hadiah khusus untukku, jadi aku harus benar-benar memperhatikan.

Donghae belum telihat keluar dari panggung, tapi suaranya yang lembut sudah terdengar. “Aku tidak ingin memeluk selain tubuhmu. Tidak mau mencium selain bibirmu. Tidak akan mencintai selain dirimu. Tidak bisa hidup selain dirimu. Nan~ neoman neoreul saranghae. Hanya kamu.”

Suara teriakan histeris membahana dari bangku penonton mengikut kemunculan Donghae yang dengan lembut mulai menyanyikan My Everthing milik 98 Degrees. Hatiku benar-benar tersentuh. Dulu aku pernah memberi tahu Donghae bahwa penampilannya yang paling aku suka adalah saat dia menyanyikan My Everything di Super Show 2. Aku tidak menyangka di penampilan yang katanya khusus untukku ini, dia akan menyanyikan My Everything.

“Everynight I pray down on bended knee, that you will always be my everything. O my everything~” Donghae mengakhiri lagu itu dengan sangat manis. “Ppicuki-ah, saranghae!” katanya sambil mengedipkan sebelah mata ke arahku.

Air mataku langsung mengalir. Kali ini air mata bahagia. Kugenggam kalung yang diberikan Donghae padaku, kalung dengan liontin bertuliskan Tokki yang juga melingkar di lehernya, dengan tulisan Ppicuki. Donghae-ah, saranghanda.

TAMAT

0 komentar: