Search

Rabu, 22 September 2010

너만 너를 사랑해 (Neoman Neoreul Saranghae) Part 2/8

Cerita ini adalah fanfiction pertamaku. Akhirnya selesai juga setelah beberapa hari berkutat dengan computer. Maaf ya kalau masih belum bagus dan banyak kekurangan. Maklum, masih pemula. Hehehehe… jangan lupa kasih komentar ya.
Tokoh: Super Junior, Donghae, Hyukjae, Jiyoung, Hyeeun, Go Nara

너만 너를 사랑해
Aku tidak ingin memeluk selain tubuhmu
Tidak mau mencium selain bibirmu
Tidak akan mencintai selain dirimu
Tidak bisa hidup selain denganmu


DONGHAE’S POV
“Sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Jiyoung.
Aku tersenyum. Akhirnya hari ini bertemu juga. Akhirnya hari ini dia duduk di dalam mobilku lagi. Akhirnya, bisa bersama-sama lagi dengannya.
“Ya! Donghae-ah, kita mau ke mana?” tanyanya sekali lagi.
“Ya, aku ini oppa-mu. Kenapa kau asal menyebut namaku?” tanyaku, pura-pura kesal.
“Habisnya dari tadi aku tanya kau tidak menjawab,” jawab Jiyoung dengan wajah kesalnya.
Jiyoungi adalah orang yang hobi melepas embel-embel oppa kalau dia sedang kesal. Meskipun dari luar aku selalu memprotes saat Jiyoung tidak memanggilku oppa, tapi sebenarnya mendengar namaku diucapkannya seakan kami teman seumuran tidak pernah membuatku kesal. Menurutku itu terdengar manis, apalagi kalau dia ucapkan sambil cemberut.
“Aku mau mengajakmu makan. Para member Super Junior juga nanti akan datang. Kami merayakan ulang tahun Heebum,” jawabku.
“Mwo? Heebum yang kucing Heechul Oppa? Ulang tahunnya dirayakan?” tanya Jiyoung heran.
“Iya.”
“Wah, bahkan aku kalah dengan kucing.”
“Ulang tahunmu tidak pernah dirayakan?” tanyaku heran.
“Pernah, waktu aku masih anak-anak dulu. Sejak aku lulus sekolah dasar, tidak pernah lagi ada perayaan ulang tahun di rumahku.”
“Waeyo?”
“Aku rasa anggota keluargaku terlalu malas mengurusi hal sepele seperti itu,” jawab Jiyoung sambil tertawa. “Tapi, seekor kucing merayakan ulang tahunnya. Apa tidak sedikit aneh?”
Aku tertawa mendengar pertanyaannya. “Kau tahu sendiri Heechul Hyung bagaimana.”
“Aah~ ye,” kata Jiyoung sambil mengangguk. “Orang itu memang sedikit berbeda.”
Kami berdua tertawa karena sama-sama memikirkan Heechul Hyung, anggota Super Junior yang paling nyentrik.
“Ah~ akhirnya sampai,” kataku, sambil meluncur masuk ke area parkir sebuah restoran kecil yang sudah disewa Heechul Hyung untuk acara hari ini.
“Oh, di sini?”
“Heechul Hyung menyewa seluruh restoran ini,” kataku.
Jiyoung tampak sedikit terkejut. “Untuk ulang tahun seekor kucing?”
Aku mengangguk sambil tertawa.
“Wah~ oppa yang satu itu memang benar-benar-“
“Aneh?” kataku meneruskan kalimat Jiyoung.
Jiyoung tertawa keras. “Ye, dia memang aneh.”

JIYOUNG’S POV
“Jiyoung-ah~! Donghae-ah!” sapa Sungmin begitu melihat Donghae dan aku. “Akhirnya kalian muncul juga.”
“Annyeonghaseyo, Sungmin Oppa,” sapaku.
“Apa hanya Sungmin yang akan disapa?” tanya Heechul yang tiba-tiba muncul di belakangku dengan Heebum dalam gendongannya.
“Ah! Annyeonghaseyo, Heenim. Heebum-ah, annyeong! Selamat ulang tahun ya,” kataku pada kucing kesayangan Heechul.
“Selamat ulang tahun, Heebum-ah,” kata Donghae.
“Ya, kalian bawa hadiah apa untuk Heebum?” tanya Heechul.
Aku terdiam mendengar pertanyaan itu. Matilah! Aku tidak membawa apa-apa. Aku ‘kan tidak tahu hari ini hari ulang tahun Heebum. “Aigoo, Heenim, aku tidak tahu hari ini adalah hari ulang tahun Heebum. Donghae Oppa tiba-tiba membawaku ke sini. Jadi, aku belum sempat mempersiapkan hadiah. Mianhaeyo, Heebum-ah.”
“Mwo? Bukankah aku sudah menyuruh Donghae memberitahumu minggu lalu? Ya, Donghae-ah!”
“Hahaha. Maaf Hyung, minggu lalu Jiyoung terlalu sibuk belajar, aku tidak berani mengganggunya,” kata Donghae sambil tertawa.
“Yaish! Kau ini benar-benar tidak bias diandalkan,” gerutu Heechul.
“Tapi aku janji akan memberikan hadiah untuk Heebumm,” kataku.
“Oo~ jongmal? Aku tunggu ya. Lalu mana temanmu Hyeeun?” tanya Heechul.
“Hari ini dia mengikuti seminar di kampus, jadi tidak bisa datang. Lagipula, aku yakin Hyeeun juga tidak tahu tentang ulang tahun Heebum. Karena kalau dia tahu dia pasti memberitahuku,” jawabku.
“Aish, ini semua gara-gara Lee Donghae. Dasar baboya~!”
Donghae hanya tertawa mendengarnya. “Hyung, bukankah Hyung seharusnya berkeliling menyapa para tamu?” katanya pada Heechul.
“Kau pikir sekarang ini aku sedang apa?” tanya Heechul. “Oh! Hongki-ah datang. Aku akan membawa Heebum menyapanya dulu ya. Kalian nikmatilah pestanya.”
“Ah~ ye. Algeseumnida,” kataku.
“Jiyoung-ah, bagaimana kabarmu? Oppa dengar akhir-akhir ini kau sibuk dengan ujian ya?” tanya Sungmin, salah satu oppa yang paling perhatian.
“Ne. Beberapa minggu ini aku sibuk dengan ujian. Aku harus belajar ekstra keras agar nilaiku tetap memuaskan.”
“Supaya kamu tetap mendapatkan beasiswa, ne?” tebak Sungmin.
Aku mengangguk. “Ne. Karena itu aku harus benar-benar menjaga nilaiku. Hyeeun juga begitu. Makanya dua minggu kemarin kami sempat hilang dari peredaran.”
“Hmm. Tidak mendapatkan kabar darimu, tidak menerima telefon darimu, tidak bisa menemuimu – gara-gara itu selama dua minggu terakhir Donghae agak murung,” kata Sungmin sambil melirik Donghae.
Donghae terlihat terkejut dengan ucapan Sungmin. “Aah~ Hyung! Ngomong apa sih?”
“Kami rasa dia merindukanmu,” kata Sungmin lagi, sambil tersenyum jahil.
“Hyung~!” kata Donghae.
“Sangat sangat merindukanmu,” kata Sungmin sekali lagi, kali ini sambil tertawa manis.
“Jiyoung-ah, jangan dengarkan Sungmin Hyung. Dia sedang kumat bercandanya. Jangan percaya kata-katanya,” kata Donghae setengah panik.
“Jadi kau sama sekali tidak merindukanku? Wah~ padahal aku sangat merindukan kalian,” kataku, melanjutkan kejahilan Sungmin.
“Aya~ bukan begitu,” kata Donghae.
“Jadi Sungmin Oppa tadi benar?” tanyaku.
“Aih! Kenapa aku selalu jadi bahan permainan kalian?” kata Donghae sambil menghela nafas panjang.
Sungmin tertawa terbahak-bahak sambil berjalan menghampiri Heechul yang sedang berbicara dengan pada tamunya yang baru datang.
Wajah Donghae yang panik sangat mirip wajah anak kecil. Sangat lucu. Dan aku sangat suka melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu. Saat memandangi wajah Donghae, tiba-tiba terbersit dalam pikiranku. Benarkah yang dikatakan Sungmin? Apakah Donghae memang murung karena merindukanku? Pikiran itu membuat pipiku memanas. Aih, tidak mungkin! Itu pasti hanya Sungmin yang sedang menggoda Donghae. Berpikir seperti itu, tanpa sadar aku menepuk-nepuk kedua pipiku.
“Waeyo?” tanya Donghae yang nampaknya sudah pulih dari efek digoda oleh Sungmin.
“Eh? Aniyo,” jawabku.
“Kenapa pipimu kau tepuk-tepuk?” tanya Donghae lagi.
“Bukan karena apa-apa,” jawabku. Tidak mungkin aku mengatakan penyebab panasnya pipiku pada Donghae.
“Donghae-ah, lama tidak bertemu,” terdengar suara lembut seorang wanita dari belakang Donghae. Wanita itu adalah seorang model, Go Nara. Aku sering melihatnya di majalah, tapi aku tidak pernah tahu bahwa dia adalah teman Super Junior.
Penampilan Go Nara bisa dibilang sempurna bagi seorang wanita. Dia tinggi, langsing, cantik, terkenal dan kaya. Apalagi sebagai seorang model, cara berpakaiannya tentu berbeda dengan orang biasa. Berdiri di hadapannya, aku jadi merasa diriku lusuh sekali.
“Perkenalkan, ini Jung Jiyoung. Jiyoung-ah, ini temanku, Go Nara,” kata Donghae memperkenalkan kami.
“Ne, saya sering melihat Anda di majalah,” kataku, mencoba ramah kepada Go Nara.
“Jongmalyo? Sudahkah kamu lihat fotoku yang terbaru? Yang bersama Donghae?” tanyanya.
“Ah~ belum.”
Sambil bersalaman denganku, Go Nara memperhatikan penampilanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku merasa seperti sedang dipindai. Dan melihat ekspresi wajahnya yang tidak begitu cerah saat melihatku, aku tahu nilaiku jelek di matanya.
“Oppa, aku pergi menyapa oppa-oppa yang lain dulu,” kataku pada Donghae. Aku merasa sangat tidak nyaman dipandangi seperti itu olah Go Nara.
“Tunggu sebentar saja, nanti aku temani,” kata Donghae.
“Donghae-ah, ada sesuatu yang harus aku sampaikan padamu,” kata Go Nara sambil menggamit lengan Donghae dan menariknya menjauh.
Suasana hatiku mendadak suram melihat pemandangan itu. Donghae yang berjalan bersandingan dengan Go Nara, mereka benar-benar terlihat serasi. Yang lelaki anggota salah satu grup vokal paling popular di Korea sedangkan yang wanita model papan atas. Aku menghela nafas panjang. Aih, Jiyoung-ah, kau ini apa-apaan. Toh kau kan hanya berteman baik dengannya. Kenapa harus merasa sesak melihat dia sangat dekat dengan Go Nara?

0 komentar: